Wednesday 12 June 2013

Merubah cara pandang

Hampir separuh umur gw, gw habiskan dengan upaya melabelkan diri sebagai environmental engineer. Kuliah di ITB selama 5 tahun di jurusan Environmental Engineering, Kerja lebih dari 15 tahun dibidang environmental, water and sanitation.... So boleh dibilang bidang lingkungan dan infrastuktur perumahan udah menjadi darah daging buat gw. Berbagai proyek yang berkaitan dengan pencemaran air, tanah dan udara udah pernah gw coba kerjain. 

Setelah sekian lama berkecimplung sebagai konsultan untuk pemerintah, gw mulai ngerasa jenuh dan tidak berkembang ilmu gw. Rasanya semua yang proyek pembangunan yang pernah diimplementasikan gada hasilnya dan hanya berdampak kecil pada perbaikan hidup kualitas hidup rakyat Indonesia *eyaaaaa....* Gw selalu ngerasa udah banyak yang dilakukan oleh pemerintah tapi rakyat tidak merasakan atau tidak menyadari manfaat dari pembangunan yang sudah dilakukan. Emang sih, manusia pada dasarnya ga pernah puas dan selalu ngerasa kalo pemerintah ga ngelakukan apa, tapi rasanya kok ya gimana gitu.....

Apa sih yang salah dari cara pemerintah ini dalam melakukan pembangunan? Kenapa kok ga pernah efektif hasil pembangunan dirasain sama rakyat? Itu yang dari dulu selalu jadi pertanyaan gw. Maklum hidup sebagai engineer membuat gw selalu berpikir tentang teknis pelaksanaan dan penerapannya. Gw selalu berpikir pasti ada strategi yang lebih efektif yang harus dilakukan oleh pemerintah agar hasil pembangunan lebih memberi dampak nyata. Dan harus gw akui hal itu jauh dari nalar gw dan sepertinya ilmu gw belum nyampe kesitu.

So dengan alasan itu, gw mulai berpikir untuk ngambil sekolah lagi. S2. Post graduate. Dan yang ada dipikiran gw adalah ngambil jurusan yang berhubungan dengan kebijakan publik, atau segala ilmu yang berhubungan dengan pengambilan keputusan untuk kebijakan pembangunan nasional, kalo bisa sih yang terkait langsung dengan infrastruktur. Agak spesifik sih ya... dan jadinya bidang studinya makin sempit.

Browsing sana-sini, gw dapet info yg paling pas adalah sekolah arsitektur perencanaan dan pengembangan kebijakan ITB. Tapi sungguh gw meragukan kemampuan gw untuk bisa sekolah S2 di ITB. Secara gw lulus dari ITB dengan IPK yang pas2an dan sudah lama pula lulusnya, rasanya ga pede kalo harus bersaing dengan anak2 sekarang yang pinter2 dan ber-IP tinggi.

Dengan berbagai pertimbangan, terutama IPK, akhirnya saya putuskan untuk kuliah di Universitas Trisakti. Tapi yang jadi pertanyaan berikutnya adalah jurusan apa ya?? Secara banyak alternatif pilihan jurusan untuk sekolah S2. Dari yang paling umum yaitu manajemen, sampai yang khusus. Sayangnya tidak ada jurusan manajemen lingkungan atau teknik lingkungan untuk program pascasarjananya. Jadi mending ngambil apa yaaa??? Manajemen ato yang teknik?? Pusing juga kepala gw waktu itu.

Akhirnya gw putusin ngambil jurusan Urban design atau perancangan kota. Kok?? abisnya ga ada jurusan kebijakan, dan gw kayaknya ga terlalu tertarik dengan manajemen. So, this choice is not a perfect one, but I think it will be very handy for me to expand my knowledge about infrastructure development. Tampaknya jenjang pendidikan yg gw ambil agak ga lazim. Jarang banget lulusan TL yg ngambil S2 di jurusan Arsitek. Dan jadilah gw satu2nya mahasiswa S2 arsitektur dengan basic dari jurusan TL.  

Tentu saja hal itu memancing pertanyaan dari banyak orang dan dosen. Setiap dosen yg nanya biasanya pada heran kenapa gw milih jurusan ini. Jujurly gw agak susah jawabnya. Mau bilang ingin masuk ke sistem infrastruktur perkotaan, tapi kok kayaknya bakalan menimbulkan pertanyaan lain, secara arsitektur juga ga terlalu concern ama masalah infrastruktur. Tapi setelah gw pikir2 lagi, jawaban yg paling tepat dan diplomatis adalah "Ingin merubah cara pandang. Melihat permasalahan kota dari sisi arsitektural" what do you think, guys?? Sound good, right??

No comments:

Post a Comment