Monday 12 December 2016

Dr. Strange : Mengendalikan Amarah

Hidup gw akhir-akhir ini rasanya penuh dengan amarah. Marah entah pada siapa, ga jelas. Marah ama para pengambil keputusan yang ga berani bersikap, marah sama bos2 kecil yang sering ga fokus dan membuat blunder2 berkali2. Marah karena merasa diremehkan oleh orang-orang di sekitar pekerjaan tapi di sisi lain gw merasa dimanfaatkan dan ditumbalkan. Masalahnya gw ga bisa membuktikannya. Semua itu berdasarkan perasaan gw aja. Pokoknya hidup gw penuh amarah yang ga tau mesti pada siapa gw lampiaskan amarah itu.

Gw sendiri merasa kalo amarah itu suatu kegiatan yang sia-sia. Menyerap 50% energi hidup gw yang sebenernya akan lebih bermanfaat kalo gw salurkan ke kegiatan lain seperti ngesub konser V6 misalnya, atau ngedit foto si mamang untuk bikin kalender. Atau kegiatan fangirl lainnya yang bisa membangkitkan energi positif dan kreatif gw. Tapi karena sedang didominasi amarah, maka mood untuk ngefandom juga hilang. Gw cuman bisa mengalihkan amarah dengan menghibur diri… Salah satunya dengan cara nonton bioskop sendiri. Kebeneran aja ada film Dr. Strange.


Sebagai penggemar film2 marvel, gw telat banget tau tentang film ini. Gw ga tau kalo Dr. Strange ini film superhero. Gw tonton karena yang maen om Ben – Benedict Cumberbatch. Surprise juga gw nonton film ini, film superhero dengan plot cerita yang complicated, dan perlu mikir untuk mencerna jalan ceritanya. Sebenernya agak kurang tepat buat kondisi gw saat ini. Gw pengennya nonton yang ringan dan lucu yang bisa bikin ngakak tanpa harus mikir….. Well, biarpun gitu, tetep aja gw tersedot arus ceritanya…

Dr. Stephen Strange adalah dokter bedah syaraf yang jenius, yang selalu berhasil menyelamatkan pasiennya, seberat apapun penyakitnya. Hal ini membuatnya jadi sombong. Saking sombongnya dia selalu milih pasien2 dengan kasus2 yang rumit dan peluang keberhasilannya kecil. Demi memanjakan egonya, gw rasa sih…. Perpaduan antara Genius, over confident and arogant….. Membuatnya jadi dokter nyebelin tapi bikin orang lain ga bisa komen.

Sampai suatu saat dia mengalami kecelakaan yang meremukkan semua jari2 tangannya. Rekan2 dokternya memasang ratusan plat untuk menyambung tulang2 jarinya. Akibatnya tangannya jadi kaku dan susah bergerak. Jangankan mengoperasi orang, bahkan melakukan gerakan melingkar sederhana aja perlu perjuangan. Well, kalo Tuhan menghendaki, semua yg kita miliki dan bangga2kan bisa diambil begitu saja…. *catatan bagi diri gw sendiri*

Gw ngeliat kalo Dr. Strange dilanda amarah. Marah pada Tuhan, marah pada keadaan, marah pada rekan2 dokter yg ga bisa mengoperasi dia dengan benar. Dr. Strange merasa kalo dia yang mengoperasi tangannya itu maka tangannya akan bisa pulih seperti sedia kala. Tapi gimana caranya?.  He's already lost his magic hands. Dalam kemarahan dan frustasinya, Dr. Strange pergi ke Nepal… mencari pengobatan alternatif agar jarinya bisa kembali seperti dulu lagi.


Di puncak dunia ini, dia diberi tahu oleh pendeta disana bahwa obat terbaik dari semua penyakit adalah pikiran kita. Mindset. Jadi inget seorang temen yang bisa bangkit dari Malaria yang menahun dengan merubah mindset. Pikiran yang positif selalu mengalirkan energi yang positif. Energi positif akan mengalirkan hal-hal baik kedalam hidup kita. Gw percaya itu.

Ok, kembali ke laptop…. Eh ke Dr. Strange. Antara percaya ga percaya, Dr. Strange menjalani terapi ini, tapi bertahun2 hidup dalam pemikiran rasional, ternyata sulit merubah cara pandang. Buat dia semua hal harus ada penjelasan ilmiahnya… kecerdasannya menguasai hati nuraninya. Dan kuncinya cuman satu “Surrender” Calm your ego and control your power… Melepaskan amarah untuk mengendalikannya…. Jleb!! Terus gw bagaikan sedang disuruh ngaca…. “Surrender”…. *merenung dipojokan*

Cerita selanjutnya dalam film itu ga penting lagi dalam konteks kehidupan gw. Selanjutnya mulai keliatan ciri khas Marvelnya, mulai keliatan superheronya… Avengers-nya….. visual effectnya, dan komedi satirnya. Bagus dan sangat menghibur. Plus, om Ben ganteng banget dengan kostum jubah/tunik panjang... (jadi pengen bikin baju muslim kayak gitu..... #salahfokus). Kalian nonton ajalah kalo mau tau terusan ceritanya…


Yang mau gw ceritain disini adalah bahwa film ini bikin gw merenung dalam…. Memaknai arti kata surrender…. Bisakah gw “surrender” dalam kehidupan gw saat ini? Dr. Strange surrender dengan cara berhenti mencari cara mengembalikan kemampuan jari tangannya. Dia menerima kenyataan bahwa dia ga bisa jadi dokter bedah lagi. Dan dia malah menemukan kekuatan lain dari tangannya……. Terus, bagaimana dengan gw? Siapa sih gw?....... Ngapain sih gw pengen merubah orang? Kenapa juga gw pengen bos2 kecil, bos besar dan orang2 di sekitar pekerjaan gw mikirnya kayak gw?..... Ngapain sih gw pengen temen2 gw sepaham sama gw…. Emang Gw ini siapa??

Terus tadi pagi baca tulisan seorang anak SMA dari Boyolali yg viral di sosmed. Dia mengutip ajaran Budha, “Kamu dihukum bukan KARENA kemarahanmu, tapi dihukum OLEH kemarahanmu”…. Jleb lagi. Kemarahan kita yang memenjarakan jiwa kita. Merusak badan kita. Dan menggerogoti hati kita…. Oleh karenanya lepaskan… maafkan….. dan let it go…..

Kemudian terlintas sebuah quote bagus dari salah satu idola gw…. “You don’t have control over your situation. But you have a choice about how you view it. The only things you can control is perspective”…..

Mmmmm…… Surrender, let it go, control your perspectives….. Terus makin merenung dipojokan……


Maafkan kalo review film campur curcol jadinya gini ini… bikin bingung yang baca….. hehehehe